Pengumuman

Tolong follow dan click iklan buat saya jika anda merasa terbantu dengan artikel ini, terimakasih atas kebaikan anda. any comment? send to taringdoberman@yahoo.com

Thursday, July 30, 2009

Daging Beku enak atau tidak enak

Daging merupakan serabut otot yang dilekatkan bersama oleh jaringan ikat dan diselingi dengan serabut syaraf dan pembuluh darah. Berdasarkan keadaan fisik daging dapat dikelompokkan menjadi :

o Daging segar yang dilayukan atau tanpa pelayuan

o Daging segar yang dilayukan kemudian didinginkan (daging dingin)

o Daging segar yang dilayukan, didinginkan kemudian dibekukan (daging beku)

o Daging masak

o Daging asap

o Daging olahan

Kualitas karkas dan dan daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan sesudah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi kualitas daging antara lain adalah genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur, pakan termasuk bahan additif (hormon, antibiotik dan mineral). Faktor setelah pemotongan yang mempengaruhi kualitas daging antara lain meliputi metode pelayuan, stimulasi listrik, metode pemasakan, pH karkas dan daging, bahan tambahan termasuk enzim pengempuk daging, hormon dan antibiotika, lemak intramuskular atau marbling, metode penyimpanan dan preservasi, macam otot daging dan lokasi otot daging.

Komposisi kimia daging terdiri dari air 56-72 %, protein 15-22 %, lemak 5-34 %, dan substansi non protein terlarut 3,5 % yang meliputi karbohidarat, garam organik, substansi nitrogen terlarut, mineral dan vitamin, sedangkan hasil analisis proksimat untuk berbagai potongan daging dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Jenis Ternak

Potongan
Daging

Air (
%)

Protein
(%)

Lemak
(%)

Abu (
%)

Energi
(Kal)

Sapi

Chuck

56

18

25

0.8

303

Flank

72

22

5

1.0

139

Loin

50

15

34

0.7

370

Rib

57

18

25

0.8

300

Round

67

20

12

0.9

197

Rump

59

18

25

0.8

271

Hamburger

60

18

21

20.7

268

AnakSapi

Chuck

70

19

10

1.0

173

Loin

69

19

11

1.0

181

Rib

66

19

14

1.0

207

Babi

Ham

57

16

27

0.7

308

Loin

57

17

25

0.9

298

Spareribs

52

15

33

0.7

631

Kambing

Leg

66

18

15

1.4

209

Loin

59

17

25

0.9

276

Sumber : Aurand et al.(1987)

Protein daging dibagi dalam tiga kelompok yaitu miofibrilar 9,5 %, sarkoplasma 6 % dan stroma 3 %. Lemak terdiri dari fosfolipida, kolesterol, dan asam-asam lemak esensial. Karbohidrat terdapat dalam bentuk glikogen 0.8 %, glukosa 0,1 % dan dalam intermedier dari metabolisme sel 0,1 % dari berat daging.

Masa simpan daging di freezer (rumah tangga; suhu rata-rata minus 10 sampai minus 15 derajat Celcius) yang dianjurkan (terkait mutu) maksimum 6 bulan. Masa simpan daging beku di freezer dipengaruhi oleh kemasan (vakum atau tidak vakum). Di dalam cold storage, daging yang dikemas vakum, dianjurkan disimpan maksimum 12 bulan.
intinya adalah daging beku dibuat untuk memperpanjang usia konsumsi daging dari kebusukan. dalam dunia perdagingan beertujuan untuk mempeertahankan kadar air dalam daging yang berhubungan dengan kualitas daging yang berujung dengan penurunan citrarasa dan kelayakan daging untuk di konsumsi.
Selain dengan pembekuan cepat ,sebelum pemotongan hewan dan perlakuan setelah pemotongan hewan juga sangat mempengaruhi kualitas daging. konsep kesejahteraan hewan juga sangat penting di berlakukan dalam masa sebelum pemotongan. selain tekanan/stress sebelum waktu pemotongan, kondisi kecapean yang berhubungan dengan peningkatan glikogen akan menyebabkan pH daging rendah yang memudahkan mikroorganisme tumbuh di daging tersebut. jika perlakuan sebelum pemotongan sudah di lakukan dengan benar maka, perlakuan setelah pemotongan juga penting dalam proses menjaga kualitas daging. perlakuan yang benar adalah setelah pemotongan dilakukan pelayuan yang berfungsi untuk melepaskan ion Natrium dan Kalsium dan mengikat ion potasium oleh protain miofibril. kemudian perilaku selanjutnya adalah Pembekuan cepat.
Jadi, kualitas daging beku lebih Mantaaaffff , enak dan lezat di banding dengan daging yang langsung di olah setelah pemotongan asalkan mendapatkan perlakuan yang benar.

Friday, July 17, 2009

FLU BABI DI MATA KU

FLU BABI DIMATA KU

Pendahuluan
Menurut Peneliti senior khususnya dalam genetik yang berbau flu babi , C.A. Nidom (kepala Laboratorium Universitas Air langga), penyakit flu H1N1 sudah ada sejak dulu di Indinesia haya tipenya tidak seganas Flu babi yang terjadi di Mexico. Beliau juga sudah mewanti-wantikan akan terjadi hal ini, tentunya bukan sebagai peramal yang tidak dapat di buktikan secara ilmiah, beliau sudah memprediksi (2005), tentunya dengan dasar ilmiah yang dapat di uji. Dan ketika terjadi barulah banyak yang berkomentar yang akhirnya tentunya sudah terlambat. Kena dulu baru ribut.
Kalau dilihat dari kacamata seorang dokter hewan, yang belum pernah ikut-ikutan dalam hal-hal penyusunan peraturan birokrasi dan undang-undang. Hal ini agak membuat kecewa. Lambat, tidak jauh beda dengan kejadian flu burung yang sekarang juga jadi adem ayem. Manajemen kaget dan nanti belum berubah dari dulu. Indonesianya dulu kaget baru baru dibuat sistem baru yang mirip tambalan ban saja. Hujan dulu baru payungnya di buka. Tentunya sudah basah duluan.
Salah satu komentar Mentan Apriyono pada salah satu media masa mengatakan belum ditemukannya ternak babi yang terinfeksi oleh flu ini di babi (7/72009). Sehubungan dengan WHO yang meningkatkan status flu babi menjadi level 6 yang berarti seluruh dunia sudah terkena (11 juni 2009), Ibu Menkes juga menyebebutkan secara otomatis kejadian flu babi di indonesia menjadi KLB (kejadian luar biasa). Kalau mudur sedikit pada komentar menkes di salah satu media, “tidak usah khawatir dengan virus H1N1 atau yang biasa dikenal flu babi. Dia meyakinkan bahwa sistem penyebaran virus saat ini dapat terdeteksi"Sistem penyebaran dari virus di dunia sudah transparan dan dapat diketahui bersama melalui gisaid, sehingga asal muasal virus tersebut dapat diketahui," ujar Menkes saat jumpa pers di Gedung Departemen Kesehatan, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta, Senin (4/5/2009). Bahkan hingga saat ini pun kasus flu babi belum ditemukan di Indonesia. Kalau disimak semua komentar ini bersifat menenangkan dan menina bobokan bangsa indonesia.
Babi Dimata Indonesia
Kalau dilihat dari kacamata produksi babi, peternakan babi skala besar dapat di temukan pada Pulau Bulan, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Sejumlah sentra peternakan babi di Indonesia di antaranya Bali, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Papua, Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, dan Batam. Menurut laporan Ditjen Peternakan, populasi ternak babi di tanah air saat ini sekitar 7,5 juta ekor. Populasi ini tersebar di NTT sekitar 1,6 juta ekor, Bali 900.000 ekor, Kalbar 876.000 ekor, Sumut 760.000 ekor, Sulsel 530.000 ekor, Papua 507.000 ekor, dan sisanya 2,2 juta ekor tersebar di beberapa wilayah lain. Dan jangan lupa, menurut data Ditjen Peternakan, saat ini diperkirakan setiap tahun Indonesia mengimpor produk babi sebanyak 100 hingga 3.000 ton per tahun. Pada 2008, impor tercatat mencapai 2.600 ton berupa campuran produk babi termasuk daging dengan kualitas tinggi. Tentunya angka ini berkaitan degan tenaga kerja yang bergerak di bidang industri ini. Layaknya nasip pekerja di bidang ayam yang banyak ngangur akibat banyaknya tutup kandang karena tidak mampu berproduksi lagi. Saya teringat kata presiden Obama (Amerika) yang mengusulkan tidak menyebut flu babi untuk kejadian H1N1, tetapi mengusulkan untuk menyebutnya sebagai gabungan antra kata flu dan mexico yang bertujuan untuk melindungi perputaran produksi daging babi yang berujung kepada usaha untuk mempertahankan produksi babi yang identik dengan mempertahankan lapangan kerja dalam industri ini.

Pandangan Kedepan
Berangkat dari tubuh kita ini yang semuanya sudah diatur oleh sang Pencipta, semuanya dalam keadaan normal terorganisir dengan baik dan membentuk suatu sistem dan sistem tersebut saling mendukung. Untuk itu perlu diterapkannya konsep one health. Konsep ini adalah jalan keluar yang paling logis karena membentuk sistim yang saling mendukung. Selain system tadi kita manfaatkan kondisi Indonesia yang terdiri dari kepulauan ini menjadi barier-barier alami dalam bidang perindustrian hewan yang tersentralisasi yang berujung kepada kemudahan dalam pengontrolannya di kemudian hari. Selain itu tentunya pengontrolan dari masuknya virus H1N1 mexico dan dari daerah tertular juga harus jelas (sekarang sudah terlambat), bukan hanya alat pendeteksi yang dipasang dimana-mana, penolakan kedatangan dari daerah tertular untuk jangka waktu tertentu juga harus dilakukan. Jangan tanggung-tanggung, buktinya sekarang VIRUS H1N1 mexico ini sudah masuk di Indonesia. Ketegasan perlu pada tempatnya. karena suhu normal belum jaminan dia tidak membawa agen H1N1, virus juga membutuhkan waktu untuk menghasilkan gejala panas pada orang yang terpapar. Selain itu, harus diperkuat fasilitas untuk penelitian para praktisi dibidang system one health ini, dan jangan tunggu ada korban baru surveillance dan lain sebagainya. Semuanya harus dituangkan dalam bentuk Undang-Undang agar ada kekuatan hukumnya
Kalau masalah susah dana dan lain sebagainya, saya yakin itu bukanlah masalah tapi tantangan. Indonesia dulu dijajah, kakek nenek dengan modal bamboo runcing (modal dengkul) juga mampu mengusir penjajah yang berbadan gede, perlengkapan perang lengkap dan dana yang memadai. Saya pikir satu iklan tv contohnya sekolah gratis ada dimana-mana (gratis karena sekolahnya pada ambruk 14/07/09) sudah sangat berharga buat penetapan dasar-dasar dan pembangunan system ketahanan kesehatan hewan yang akan berujung kepada kesejahteraan manusia. Dengan kata lain sedikit berbicara banyak bekerja (Bung Karno) Saya yakin jika keinginan ada semuanya bisa terjadi.





Sunday, May 3, 2009

Flu Babi Bukan dari Babi?

INFLUENZA BABI BUKAN BERSUMBER DARI BABI.
Oleh:
dr drh Mangku Sitepoe

FAO di Roma 30 April 2009 menyatakan: tidak ada babi di Meksiko maupun diseluruh dunia yang tertular dengan virus tipe A subtipe H1N1 yang baru (new variant H1N1). Sehingga FAO akan mengganti nama Swine influenza (Flu-babi di Indonesia) yang tidak berkaitan dengan babi. Rapat Dirjen P2PL Depkes 30 April 2009 mengusulkan supaya disebut saja Flu-Meksiko (seperti: Flu Spanyol, Flu Asia, Flu Hongkong, Flu Rusia dan lain-lain tetapi bukan Flu-Singapur yang salah nama).

Evolusi Flu babi H1N1.
Diawali pada pandemi Influenza 1918 yang disebut dengan flu-Spanyol menelan korban 50 juta jiwa manusia diseluruh dunia dan 550.000 jiwa yang meninggal di Amerika Serikat. Sebegitu ganas virus penyebab, disamping menyerang manusia juga menyerang babi. (Koen J S, 1919). Pada 1930 oleh Smith dinyatakan penyebab penyakit Flu-Spanyol adalah jenis virus Orthomyxoviridae tipe A dengan subtipe H1N1. Jadilah H1N1 sebagai penyebab dari penyakit Influenza pada babi atau Swine influenza. H1N1 dari flu Spanyol sebagai cikal bakal dari virus Influenza babi pada babi diseluruh dunia. Pada 1976 adanya wabah influenza babi pada babi di Amerika Serikat juga menyerang manusia yang berhubungan dekat dengan babi diantaranya peternak babi dengan morbiditi kecil dan mortaliti 0.
Disusul pandemi Influenza 1957 pada manusia disebut flu Asia dengan virus H2N2 menelan korban 2 juta jiwa dan pandemi Influenza 1968 pada manusia yang disebut flu Hongkong dengan virus H3N2 menelan korban 750.000 jiwa semua
Penyebab pandemi Influenza pada manusia di-zamannya : flu Spanyol, flu Asia dan flu Hongkong dengan virus tipe A subtipe H1N1, H2N2 dan H3N2 di-saat pandemi sangat ganas sekali tetapi di-masa kini ke-tiga subtipe virus sudah hidup nyaman dengan manusia yang disebut seasonal Flu atau Flu biasa. Dengan gejala: panas, pilek, batuk sesak nafas dan sebagainya yang besifat self limitating disease atau disebut juga ILI atau influenza like illnes pada negara tropis. Tetapi dinegara-negara temprate dapat juga dijumpai adanya kematian. Demikianpun sifat virus Influenza tipe A pada negara tropis dapat hidup pada suhu 53 0 C tidak infektif sesudah 3 jam tetapi disinari oleh sinar ultraviolet atau sinar matahari tidak infektif sesudah beberapa saat (Merchant and Parker, 1968). Dapat disimpulkan: virus subtipe H1N1 pada saat ini dapat dijumpai pada manusia yang bersifat self limitating disease dan juga dapat dijumpai pada babi semenjak 1918.

Mutasi virus tipe A dengan subtipe-nya.
Virus influenza tipe A sangat labil, hal ini terlihat dari virus inflenza biasa yang dijumpai pada manusia setiap tahun mengalami perubahan minor pada struktur sequence-nya atau perubahan struktur dari antigen yang disebut antigenic drift atau mutasi secara adaptive misalnya virus H1N1 mengalami antigenic drift mutation dari virus bebek air (Faning T G et al, 2002). Dapat pula mutasi melalui Antigenic shift, adanya mutasi dengan proses reasortment dari dua jenis antigen atau lebih mengadakan ”perkawinan” gen. Misalnya saat pandemi 1968 yang disebut flu Asia dengan virus H3N2 merupakan proses reasortmen (perkawinan) virus H1N1 dengan H2N2 (Harrisons R, 1987)
Ketiga virus flu biasa (seasonal flu) H1N1, H2N2 dan H3N2 yang hidup pada manusia dapat dengan mudah hidup pada babi sehingga penyebab Influenza babi adalah bersumber dari manusia dan juga H1N1 dari babi. (Veterinary Merck Index, 1991). Babi memiliki keistimewaan dapat menjadi tempat reasortment berbagai virus akan membentuk virus baru sebab memiliki reseptor baik pada hewan maupun pada manusia. Sedangkan H1N1, H3N2, H2N2 dapat hidup pada babi tanpa memberikan gejala pada babi .

Flu babi di Meksiko dijumpai virus tipe A dengan subtipe: H1N1, H1N2, H3N2 dan H3N1 atau gabungan dari virus manusia H1N1, H3N2, babi H1N1, dan unggas H3N1, H3N2. Yang kemungkinan bersumber dari babi yang telah berproses reasortment membentuk virus baru dan ditularkan kemanusia . Hari ini radio Sonora 1 Mei 2009, jam 11 menyatakan ada 6 orang yang tertular Flu-babi di Meksiko dengan virus baru H6N2 . Apakah H6N2 sebagai virus pandemi Influenza ditahun 2009 ?

Penularan flu babi (flu-Meksiko) pada saat ini hanya antar manusia.
Penyakit zoonosis adalah penyakit hewan yang ditularkan kemanusia sedangkan penyakit Influenza dapat dikategorikan sebagai penyakit zoonosis. Flu-burung yang disebabkan oleh virus tipe A subtipe: H5N1 di Asia, H7N7 di Eropa dan H9N2 di China dan Hongkong serta Flu babi H1N1 dikategorikan sebagai penyakit zoonosis Penularan penyakit zoonosis dibedakan menjadi : antar hewan, hewan kemanusia dan manusia ke-manusia atau antar manusia. Oleh WHO didalam menghadapi Pandemi Influenza penularan virus dibedakan menjadi: 3 Periode: Prepandemic, Interpandemic dan Pandemic.
Pada Praepandemic dibedakan menjadi : Fase 1 penularan antar hewan belam ada wabah pada hewan. Fase 2. terjadi penularan antar hewan telah mewabah. interpandemic ada 3 fase: dari hewan kemanusia. 4. antar manusia suatu negara, fase 5. antar manusia 2 negara dan Periode Pandemic : antar manusia keberbagai negara.
WHO PANDEMIC PREPARADNESS
PERIODS AND PHASES

No. Periods Phases Notes

I. Inter Pandemic
* Phase 1 - Animals to animals transmission Without any of epidemic
* Phase 2 - Animals to animals become epidemic

II. Alert Pandemic
* Phase 3 - Animals transmission to human
* Phase 4 - Human to human transmission in cluster
* Phase 5 - Human to human transmission in comunity

III. Pandemic
* Phase 6 - Human to human transmission between
countries

Source : WHO 2005

Statement WHO 30 April 2009 menyatakan Flu-babi sudah fase 5 terjadi penularan antar manusia dan bukan dari babi. Sumber penyakit adalah dari manusia dan bukan dari babi. Sehingga Siaran Menteri Pertanian: akan memeriksa 7 juta ekor babi serta tidak mengizinkan impor babi hidup dan daging babi dari negara yang tidak tertular H1N1 pada babi tidak memiliki dasar hukum. Demikianpun running teks Metro TV 1/5/2009 jam 19 30F: Permendag melarang impor babi dan produknya dari 7 negara juga tidak memiliki dasar hukum bila tidak dijumpai Flu-babi padaa babi.
Flu babi berbeda sekali dengan Flu-burung: penularan antar unggas dan dari unggas kemanusia dan belum ditularkan antar manusia. Penyakit Flu burung dengan virus H5N1 pada manusia sumber penyakit masih pada unggas sehingga perlu penanggulangan dan pembatasan dengan manusia.

Jakarta 1 Mei 2009.
dr drh Mangku Sitepoe
Anggota PDHI dan IDI.
Anggota Indonesian Veterinary Watch.

Tuesday, April 28, 2009

Swine Flu sudah siap kah kita?

Pengumuman mengenai keberadaan swine flu atau swine influenza atau fluy babi di mexico dan amerika memang mengemparkan..., sekali lagi penyakit zoonosis menyeruak. menurut literatur flu babi disebabkan oleh virus dari keluarga Orthomyxoviridae yang endemik pada babi. pada babi nama ini lebih dikenal dengan swine influenza virus (SIV) yang dapat di klasifikasikan virus influenza tipe A (sering) dan C (Jarang). tipe ini juga endemik pada manusia. sekali virus ini bermutasi dan menginfeksi manusia, maka infeksi antara manusia pun tidak dapat di elakkan lagi. sub tipe virus inluenza babi ini adalah H1N1, H1N2, H3N1, H3N2 dan H2N3.
Menurut CDC (Centers and Diseases Control and Prevention), gejala yang terlihat ketika kita terpapar oleh patogen ini adalahsecara garis besar sama dengan gejala flue biasa (influenza like illness) out breake flu babi pada babi ini pernah terjadi pada 2007 di philipine tepatnya di Nueva Ecija dan Central Luzon sebelum sekarang, flu babi juga pernah outbreak pada 1976 di amerika. sampai tanggal 27 april 2009, data dari CDC mengenai kasus flubabi pada manusia yang sudah mendapatkan konformasi positif dari laboratorium yang di tunjuk adalah 40 kasus dengan rincian 7 kasus di california, 2 kasus di kansas, 28 kasus di newyork, satu kasus di ohio dan 2 kasus di texas. pengobatan yang dianjurkan adalah pengobatan dengan menggunakan antiviral drugs seperti oseltamivir dan zanamivir.
Lain halnya dengan Vallat, tepatnya Bernard Vallat, OIE, mengutip wawancara dengan AFP, flu babi ini tidak ditemukan agennya dapat berpindah dari babi langsung kemanusia. belum ada penelitian yang nyata mengenai hal ini. selain itu Vallat juga berpendapat bahwa sampai saat ini (28/4/2009) belum terbukti bahwa virus yang menyebabkan kematian pada manusia itu dapat di isolasi pada hewan. dan juga mengusulkan untuk tidak menggunakan flu babi, tetapi menggunakan nama tempat dimana flu tersebut mulai muncul seperti "influenza amerika utara" misalnya. dan tidak setuju akan penindakan orang-orang yang hidup dari perbabian dan pelarangan pengimporan babi.
Kembali ketanah air kita, Indonesia. kemungkinan virus terebut sudah ada di indonesia sebaiknya segera diperjelas dengan survei monitoring analisis yang kemudian berujung kepada penyusunan langkah-langkah strategis dan mampu diterapkan dilapangan dengan menggunakan ellemen-elemen yang ada. semuanya berujung dengan lahirnya undang-undang untuk penetapan situasi pencegahan penyakit zoonis. Sebenarnya yang paling mungkin menjadi ujung tombak untuk semua ini selain kalangan profesional adalah kalangan legislatif yang mempunyai latar belakang pendidikan kesehatan hewan dan manusia. kembali ke konsep one health yang saling melengkapi tersebut. tidak di pungkiri, untuk merubah sistim ya kita harus mampu masuk kedalam sistem. semoga indonesia makmur gemah ripah loh jinawi. amin. mohon maaf jika ada yang tidak berkenan.

Monday, April 20, 2009

Anatomi anjing

Disini Terlihat Jelas Struktural Anatomi anjing
Bagian Kepala

Bagian Badan
Bagian Paru-paru
Bagian reproduksi anjing jantan



Alat Kelamin Jantan 3D



Alat Kelamin Betina 3D



Posisi Alat Kelamin Betina dan Jantan Posisi Kawin /Kopulasi

Data Fisiologis
1. Suhu tubuh anjing "normal" tubuh adalah 38-39,2 C (100,5-102,5 Fahrenheit ). suhu tubuh diatas atau dibawah ini tanpa ada kegiatan atau keadaann yang merangsang kenaikan atau penurunan suhu, merupakan hal-hal yang perlu diwaspadai
2. Rata-rata jumlah pernapasan 10-34 napas per menit. Rata-rata jumlah pernapasan adalah jumlah pernapasan yang dihitung dalam jangka waktu satu menit dan dilakukan penilaian tersebut ketika anjing sedang beristirahat. jika jumlahnya dibawah atau diatas jumlah tersebut, perlu dilakukan pemeriksaan yang lebih mendetail.
3. Denyut Nadi/Jantung 60-100per menit untuk anjing ras besar, dan 100-140 untuk anjing ras kecil 
4. Masa kebuntingan Rata-rata, 63 hari, tetapi dapat bervariasi antara 57-69 hari.
5. Jumlah Gigi pada anak kucing memiliki 28 gigi dan Kucing dewasa memiliki 42 gigi


Sunday, April 19, 2009

Mengenal Sejarah dan posisi serta kewenangan Dokter Hewan

MENGENAL DOKTER HEWAN DAN
KEWENANGAN MEDIS VETERINER DI INDONESIA.
Oleh:
dr drh Mangku Sitepoe.

Dalam rangka memperingati : WORLD VETERINARY DAY atau HARI DOKTER HEWAN se-DUNIA pada hari Sabtu akhir bulan April setiap tahun atau 25 April 2009 yang ditetapkan oleh OIE (Organisasi Kesehatan Hewan se-Dunia) dan WVA (Perhimpunan Dokter Hewan se-Dunia). Kami memperkenalkan Dokter Hewan dengan Otoritasnya yang telah dimarginalkan di Indonesia baik oleh Dokter Hewan sendiri, pemerintah dan masyarakat. Sedangkan didunia internasional mendambakan kehadiran Dokter Hewan.

Dunia menghadapi dengan serius Emerging disease dengan 60 % merupakan penyakit Zoonosis. Ancaman globalisasi Bioterisme mulai merebak semenjak Oktober 2001 dengan agen terdiri dari 80 % dari penyebab penyakit zoonosis. Penyakit zoonosis: penyakit hewan yang dapat ditularkan kemanusia. Penyakit zoonosis memiliki 2 (dua) kewenangan medis yaitu: Kewenangan Medis pada manusia yang dimiliki profesi Dokter dan Kewenangan Medis Veteriner pada hewan yang dimiliki oleh profesi Dokter Hewan. Dunia menuntut peranan Dokter Hewan dengan Kewenangan Medis Veteriner-nya dalam menghadapi ancaman globalisasi penyakit zoonosis beserta bioterorisme. Sementara itu di Indonesia baik kalangan Dokter Hewan sendiri, oleh pemerintah maupun masyarakat bahwa: Dokter Hewan hanya berwawasan sebagai Dokter Ternak (Veearts) tanpa Kewenangan Medis Veteriner..

Kilas balik Dokter Hewan di Indonesia.
Pemerintah Hindia Belanda dalam menghadapi berbagai penyakit menular pada hewan disaat itu seperti penyakit Mulut & Kuku, penyakit Rinder-pest, penyakit Rabies, penyakit Antraks dan sebagainya mulai mendirikan Sekolah Kedokteran Hewan (Inlandse Veeartsen School) dan Laboratorium Kedokteran Hewan pada 1 Juni 1907 di Bogor. Mahasiswanya dari lulusan MULO atau Sekolah Menengah Pertama. Lulusan Sekolah Dokter Hewan di Bogor disebut Vee Arts atau Dokter Ternak . Sedangkan mereka yang lulus dari Fakultas Kedokteran Hewan dinegeri Belanda disebut Dieren Arts atau Dokter Hewan. Pada tahun 1914 dirubah menjadi Nederlands Indische Veeartsen School (NIVS) di Bogor sebagai cikal bakal pendidikan Dokter Hewan di Indonesia .Difinisi :Ternak sesuai dengan KUHP (Kitab Undang-undang Hukum Pidana) yang masih berlaku di Indonesia pada pasal 101 adalah binatang yang berkuku satu, binatang memamah biak dan babi. Dari difinisi ini Veearts atau Dokter Ternak hanya mengurusi kesehatan binatang yang termasuk ternak yaitu: kuda, babi, sapi, kerbau, kambing dan domba. Binatang atau hewan yang hidup di-air maupun diudara, hewan kesayangan, hewan liar dan hewan percobaan belum merupakan tugas kewenangan Dokter Ternak.. Pada 1946 Fakultit Kedokteran Hewan & Peternakan Universitit Gadjah Mada didirikan di Klaten. Sebagai Dekan pertama adalah Prof Drs M Soeparwi Dokter Hewan lulus dari Fakultas Kedokteran Hewan dinegeri Belanda yang memiliki titel Dieren Arts atau Dokter Hewan melingkupi seluruh dunia hewan atau seluruh dunia fauna.. Mahasiswa yang mengikuti kuliah di Fakultit Kedokteran Hewan & Peternakan adalah lulusan SMA (Sekolah Menegah tingkat Atas). Sampai tahun 1968, mahasiswa yang lulus dari Fakultas Kedokteran Hewan & Peternakan bertitel BSc (Bachelor of Science ) pada bidang Peternakan kemudian melanjutkan pendidikan Dokter Hewan selama 2 ½ tahun .Lulusan-nya sebagai Dokter Hewan.

Undang-Undang no.6/1967 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Orde Baru mendeklarasikan peningkatan produksi dalam bidang pertanian termasuk peternakan. Zaman Belanda adanya Staasblad 1912 no.432 tentang Tjampur tangan pemerintah dalam urusan Kehewanan meliputi Pembrantasan penyakit Hewan menular; Perbaikan Peternakan dan Kesehatan/Kebersihan Veteriner. Oleh Prof M Suparwi Dekan Fakultas Kedokteran Hewan & Peternakan Universitas Gadjah Mada di Klaten,1946 disebut: Undang-Undang Veteriner. Para penyusun UU no.6/1967 adalah para Dokter Hewan yang masih menganut Dokter Ternak (Veearts) diikuti oleh Deklarasi Orde Baru masalah Peternakan. Disusun UU no.6/1967 menitik beratkan kepada pembangunan Peternakan dengan Kesehatan Hewan hanya sebagai penunjang.. Sehingga UU no.6/1967 mengangkat kembali tugas kewenangan Dokter Hewan menjadi Dokter Ternak. .Pada pasal 26, UU ini masih memberlakukan UU Veteriner selama tidak bertentangan. Untuk memenuhi tenaga trampil dalam bidang Peternakan oleh para Dokter Ternak dosen Fakultas Kedokteran Hewan di Bogor mendirikan Fakultas Peternakan . Lulusan Fakultas Peternakan bertitel Insinyur (Ir). Sesuai dengan UU no.6/1967 menitikberatkan pada Peternakan Djawatan Kehewanan Pusat dan Dinas Kehewanan Daerah dirubah menjadi Direktur Jendral Peternakan dan di Daerah menjadi Dinas Peternakan. Bahkan RUU Peternakan dan Kesehatan Hewan yang sudah dibicarakan di DPR sudah mencapai Tim Sinkronisasi masih menempatkan Dokter Hewan sebagai Dokter Ternak.

Kewenangan Medis Veteriner.
Sesuai dengan Staatsblad 1912 no.432 atau UU Veteriner pasal 34. butir 1 menyatakan: yang memiliki Veeartsnijkundige atau Kewenangan Medis Veteriner adalah mereka yang lulus dari Fakultas Kedokteran Hewan di Indonesia . Kewenangan Medis Veteriner hanya dimiliki oleh mereka yang berprofesi Dokter Hewan. Pasal 34 butir 2; UU Veteriner menetapkan Veearsnijkundige Dienst atau Jawatan Kehewanan Pusat dan didaerah Dinas Kehewanan. UU no.6/1967 merubah Jawatan Kehewanan Pusat menjadi Dirjen Peternakan dan didaerah menjadi Dinas Peternakan. OIE (Organisasi Kesehatan Hewan se-Dunia) Kewenangan Medis Veteriner disebut Veterinary Authority sedangkan tugas Dokter Hewan dalam lembaga negara disebut Veterinary Administration. Tugas Kewenangan Medis baik pada manusia maupun pada hewan meliputi: diagnosis, terapi (pengobatan) dan prognosis penyakit yang diderita oleh pasien-nya. Secanggih apapun alat diagnosis penyakit yang mendiagnosis adalah mereka yang memiliki Kewenangan Medis. Demikianpun pemberian Obat Ethical atau obat menggunakan resep , yang boleh membuat resep hanya dokter, dokter gigi dan dokter hewan. Prognosis penyakit pasien misalnya eutanasi pada hewan harus dikerjakan oleh seorang yang memiliki kewenangan medis. Dokter Hewan di Indonesia memiliki Kewenangan Medis Veteriner..

Dokter Hewan di Indonesia bukanlah Dokter Ternak tetapi Dokter Hewan bagi seluruh hewan didunia fauna serta memiliki Kewenangan Medis Veteriner yang tidak dapat dikerjakan oleh mereka yang tidak memiliki profesi Medis Veteriner.

Jakarta 25 April 2009.
dr drh Mangku Sitepoe
Anggota PDHI dan IDI.

Wednesday, April 15, 2009

ONE WORLD, ONE HEALTH



ONE WORLD ONE HEALTH, ONE MEDICINE, SETUJU BANGGEEETTTSSS...


Konsep yang mempersatukan kesehatan secara umum yang akrab di telinga dengan istilah OWOH sudah seharusnya diterapkan di indonesia. disini semua dilihat dalam bentuk kesatuan yang utuh, tidak terpecah-pecah apalagi perpecahan tersebut hanya akibat ego yang biasa terjadi di Indonesia.

Menurut Prof. David Waltner- Toes dari Guelph University, bentuk sistem seperti ini saudah teruji manjur pada wilayah Asia dan Afrika. disini semua ahli yang bergerak dibidang yang bersangkutan dengan kesehatan dan lingkungan dibiasakan untuk bekerjasama untuk menyelesaikan hal-hal yang menyangkut kesejahteraan manusia dibidang kesehatan. di Indonesia situasi ini belum terlihat dengan nyata. pada kasus flu burung misalnya, selalu terlihat sekat yang amat jelas terlihat dalam penanganan masalah ini di lapangan. apalagi mengajak ahli lingkungan untuk nimbrung berdiskusi dan memberi pandangan dari segi keilmuannya. menyedihkan.

Kalau kita lihat lebih dalam lagi, dan tentunya kembali berpikir luas dan mengesampingkan ego, perlunya kerjasama antara dokter hewan dan dokter manusia harus disinergiskan jika ingin mendapatkan hasil maksimal. misalnya terkait penanganan zoonosis dan foodborne zoonoses. hewan dan manusia sama-sama bisa jadi korban atau sama-sama bisa jadi penular penyakit tersebut.

Di indonesia sudah anda Forum-forum yang mungkin dapat di fungsikan sebagai tempat urung rembuk mengenai kesehatan hewan seperti Forum mahasiswa peduli flu burung yang didorong oleh KOMNAS, IMAKAHI dll. dimanusia juga melakukan hal yang sama. menurut hemat saya, sebaiknya tidak usah terlalu bayak forum-forum yang mengidentikkan dengan semakin kecilnya fungsi. saya cendrung memperbesar fungsi. atau memaksimalkan fungsi.

Kembalilagi, hal ini cuma masalah ego. untuk saat ini saya melihat ada baiknya kita menyamakan kepentingan, yaitu kesehatan buat seluruh bangsa indonesia. robek ego-ego yang menyekat mulut untuk berdiskusi danlam drajat yang sama dan tidak saling menghujat. menekan semua perbedaan sumber ego dan menyuburkan segala kesamaan yang akan memperkokoh rasa saling membutuhkan.

Jayalah Bangsaku Indonesia.
Merdekaaaaaa...


Thursday, January 15, 2009

Insulin X, ... Kasihan Peternak Ayam

Berita di jawa Media Jawa Pos mengenai hormon Insulin x (hormon Protein) sayap dan paha ayam lumayan panas di telinga, khususnya orang-orang yang berlatar belakang pendidikan kesehatan hewan. apalagi kelanjutan berita ini cukup santer terlihat sebagai kutipan di media maya ini. Misalnya saja pernyataan seorang guru besar (seksolog dan androlog FK Unud) yang di lihat dalam http://www.resep.web.id/tips/daging-ayam-percepat-pubertas-remaja.htm. Atau http://www.tunardy.com/2009/01/jangan-makan-sayap-dan-paha-ayam/ .
semuanya berujung kepada hasutan untuk tidak makan daging ayam khususnya sayap dan paha. dan sudah bisa ditebak, jika issu ini dapat diterima oleh masyarakat, maka pasar ayam yang dari dulu turun akibat flu burung yang sekarang sudah mulai membaik, dapat hancur lagi. hal ini diperparah dengan pendapat beberapa sejawat dokter yang juga termasuk pakar papan atas dalam permasalahan gizi.
Kalau dilihat lebih dalam lagi, dalam pemeliharaan ayam sangat diperhitungkan penambahan ongkos produksi, khusunya ayam potong. dalam waktu kurang lebih 30 hari sudah di potong, jadi kalau ditambahkan dengan ritual penyuntikan hormon akan membuang-buang dana sebab, ayam tersebut sudah segera dijual untuk menghindari jatuhnya harga ayam akibat ukuran tidak sesuai dengan permintaan pasar. jadi sangat tidak mungkin peternak melakukan upaya penyuntikan hormon tersebut apalagi harga hormon juga tentunya tidak murah.
Kalau boleh berandai-andai, andaikan ada peternak yang melakukan hal tersebut secara sengaja, tentunya dalam proses pemasakan daging ayam tersebut, protein dari hormon tersebut akan rusak. Misalkan juga ada bagian dari hormon tersebut yang ikut termakan, di dalam saluran pencernaan kita hormon tersebut juga akan terurai dengan pencernaan kimiawi alami kita (Enzimatis). jadi kemungkinan insulin x tersebut mempengaruhi pengkonsumsi daging ayam, kecil sekali terjadi.
Sebaiknya sebelum mengeluarkan pernyataan yang menyangkut program peningkatan protein bangsa dalam hal ini kampanye gizi protein hewan sebaiknya perlu koordinasi dulu. atau pernyataan tersebut segera ditindaklanjuti dengan melakukan penelitian ilmiah akan kebenaran berita yang akan berujung kepada pembentukan perundang-undangan yang akan mengatur kedepannya nanti.
VIVA INNDONESIA KU,
MERDEKA.........